kemarin adikku duduk
menunduk di belakang pembajak sawah
sambil memangku seragam putih merahnya yang basah
dari jauh aku tahu ayah tak melihat air matanya jatuh
sebab di tepi parit
rumput hijau sudah menjerit lebih dulu minta diarit
buat pakan ternak sapi katanya
modalku lulus sarjana nanti
lalu kulihat adikku beranjak ke pinggir kali
memeluk erat seragam putih merah satu-satunya
yang kemarin dilempar tinta oleh temannya
sayang berapa kalipun ibu mencuci, nodanya tak bisa hilang
padahal besok senin
harusnya di upacara rutin adikku jadi pemimpin
tapi aku tahu
adikku lapang dan sungguh lugu
sebab sebelum dia ke kali untuk mencuci seragam putih merahnya lagi
kepada ayah adikku sudah berkata
biarlah besok ia tak jadi pemimpin upacara
lain kali ia mau jadi pengibar bendera saja
sambil menunggu putih merahnya luntur dari noda
dan tadi pagi kulihat sambil tertawa ia berangkat
tanpa tahu luka
tanpa merasa berduka
ia kenakan seragam pramuka ke sekolahnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Putih Merahnya Adikku Yang Lugu
kemarin adikku duduk
menunduk di belakang pembajak sawah
sambil memangku seragam putih merahnya yang basah
dari jauh aku tahu ayah tak melihat air matanya jatuh
sebab di tepi parit
rumput hijau sudah menjerit lebih dulu minta diarit
buat pakan ternak sapi katanya
modalku lulus sarjana nanti
lalu kulihat adikku beranjak ke pinggir kali
memeluk erat seragam putih merah satu-satunya
yang kemarin dilempar tinta oleh temannya
sayang berapa kalipun ibu mencuci, nodanya tak bisa hilang
padahal besok senin
harusnya di upacara rutin adikku jadi pemimpin
tapi aku tahu
adikku lapang dan sungguh lugu
sebab sebelum dia ke kali untuk mencuci seragam putih merahnya lagi
kepada ayah adikku sudah berkata
biarlah besok ia tak jadi pemimpin upacara
lain kali ia mau jadi pengibar bendera saja
sambil menunggu putih merahnya luntur dari noda
dan tadi pagi kulihat sambil tertawa ia berangkat
tanpa tahu luka
tanpa merasa berduka
ia kenakan seragam pramuka ke sekolahnya
menunduk di belakang pembajak sawah
sambil memangku seragam putih merahnya yang basah
dari jauh aku tahu ayah tak melihat air matanya jatuh
sebab di tepi parit
rumput hijau sudah menjerit lebih dulu minta diarit
buat pakan ternak sapi katanya
modalku lulus sarjana nanti
lalu kulihat adikku beranjak ke pinggir kali
memeluk erat seragam putih merah satu-satunya
yang kemarin dilempar tinta oleh temannya
sayang berapa kalipun ibu mencuci, nodanya tak bisa hilang
padahal besok senin
harusnya di upacara rutin adikku jadi pemimpin
tapi aku tahu
adikku lapang dan sungguh lugu
sebab sebelum dia ke kali untuk mencuci seragam putih merahnya lagi
kepada ayah adikku sudah berkata
biarlah besok ia tak jadi pemimpin upacara
lain kali ia mau jadi pengibar bendera saja
sambil menunggu putih merahnya luntur dari noda
dan tadi pagi kulihat sambil tertawa ia berangkat
tanpa tahu luka
tanpa merasa berduka
ia kenakan seragam pramuka ke sekolahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar