Tentang Banyak Hal Yang Tak Kusukai

Hari ini hari Selasa bukan?
Ah, akhirnya Senin terlewati juga. Entah kenapa aku bisa tak begitu menyukai Senin.
Yah mungkin karena tumpukan file, laporan-laporan mingguan, materi,lesson plan,dan lain-lain.

Hari ini Selasa.. dan kau bilang ada baiknya jalan santai, menghirup udara pagi, sekaligus menjaga daya tahan tubuhku yang katamu rapuh.
Tapi sudah seringkali kubilang juga, aku tidak suka menghirup udara pagi di Jakarta.
Udara bersih di sini harus dicari, harus pintar-pintar memilih atau bahkan disurvey dan difilter saja terlebih dahulu.
Salah-salah yang dihirup adalah zat berbahaya. Itu kenapa aku tidak lepas dari scarf atau pun masker saat hendak kemana-mana.

"Tapi tidak hanya di Jakarta yang membuatmu tidak melepas scarfmu", katamu. 
Ya, aku membenci yang namanya panas terik dimana-mana, itu kenapa aku membawa scarf atau pun payung kemanapun aku mau.
Siapapun orang dekatku tahu betul bahwa sekali sinar panas terik itu turun di atas ubun-ubun, maka akan seringkali mereka melihatku menggerutu lalu tiba-tiba larut dalam sakit yang cukup panjang.

Aku juga benci ketika terik itu mengenai kulitku. Kau tahu pasti, kulitku tidak putih.
Dan membiarkan matahari membakarnya ,sama saja dengan membiarkan usahaku berbulan-bulan tampil sedikit lebih baik di depanmu menjadi hilang seketika.
Meski lalu kau akan bilang "bukannya kau sendiri yg bilang bahwa putih tak selalu identik dengan cantik?".
Dan aku tidak menyukai ketika harus mendengar itu. Sebab seolah aku termakan omonganku sendiri.
Ah, banyak hal yang ternyata tidak aku sukai...
Senin, udara di Jakarta, panas terik, dan kenyataan bahwa kata-kata bisa menjadi boomerang bagi setiap orang.

Tapi di luar semua itu, ada satu yang tak bisa untuk tidak kusukai...  yaitu kamu.


Tentang Banyak Hal Yang Tak Kusukai

Hari ini hari Selasa bukan?
Ah, akhirnya Senin terlewati juga. Entah kenapa aku bisa tak begitu menyukai Senin.
Yah mungkin karena tumpukan file, laporan-laporan mingguan, materi,lesson plan,dan lain-lain.

Hari ini Selasa.. dan kau bilang ada baiknya jalan santai, menghirup udara pagi, sekaligus menjaga daya tahan tubuhku yang katamu rapuh.
Tapi sudah seringkali kubilang juga, aku tidak suka menghirup udara pagi di Jakarta.
Udara bersih di sini harus dicari, harus pintar-pintar memilih atau bahkan disurvey dan difilter saja terlebih dahulu.
Salah-salah yang dihirup adalah zat berbahaya. Itu kenapa aku tidak lepas dari scarf atau pun masker saat hendak kemana-mana.

"Tapi tidak hanya di Jakarta yang membuatmu tidak melepas scarfmu", katamu. 
Ya, aku membenci yang namanya panas terik dimana-mana, itu kenapa aku membawa scarf atau pun payung kemanapun aku mau.
Siapapun orang dekatku tahu betul bahwa sekali sinar panas terik itu turun di atas ubun-ubun, maka akan seringkali mereka melihatku menggerutu lalu tiba-tiba larut dalam sakit yang cukup panjang.

Aku juga benci ketika terik itu mengenai kulitku. Kau tahu pasti, kulitku tidak putih.
Dan membiarkan matahari membakarnya ,sama saja dengan membiarkan usahaku berbulan-bulan tampil sedikit lebih baik di depanmu menjadi hilang seketika.
Meski lalu kau akan bilang "bukannya kau sendiri yg bilang bahwa putih tak selalu identik dengan cantik?".
Dan aku tidak menyukai ketika harus mendengar itu. Sebab seolah aku termakan omonganku sendiri.
Ah, banyak hal yang ternyata tidak aku sukai...
Senin, udara di Jakarta, panas terik, dan kenyataan bahwa kata-kata bisa menjadi boomerang bagi setiap orang.

Tapi di luar semua itu, ada satu yang tak bisa untuk tidak kusukai...  yaitu kamu.