aku menulis abu-abu pada buku
di salah satu kamar remang rumah sakit
semalam
tak peduli seberapa pengap di ruang rawat inap itu
tak peduli apakah benar kamar mayat itu berada disebelahku
aku tetap menulis
di depanku seorang perempuan telah menangis
entah karena itu suami atau mungkin kerabatnya yang hanya terpisah tirai berwarna biru dariku telah terbujur sekarat atau karena ia ingat bahwa uang belanja bulanannya tak cukup melunasi semua biaya administrasi
aku tak tahu.aku masih berkutat dengan buku
ya,aku menulis..dan sesekali asyik bertepekur dengan yang namanya internet
Berharap lupa bahwa sembilan tahun lalu saat maag akutku kambuh
ada orang-orang yang membesuk hingga rela bermalam, menggelar tikar di depan toilet
Juga mengingat tentang seorang bocah yang dulu kutemui di rumah sakit, yang dengan lemahnya dia mengajakku bermain tanpa ia tahu tumor di kepalanya sudah stadium akhir.
Aku tak ingin mengingatnya
Pun ketika dulu seorang nenek yang mengenakan kebaya lusuh dan jarik batik yang sedikit berbau tengik telah memapahku ke puskesmas terdekat, sebab berjalan pun aku tak kuat.dan lagi-lagi itu karena maag laknatku yang sedang kumat.
aku ingin melupakannya..
Aku hanya ingin menulis
berharap tak ingat bahwa ternyata orang-orang yang tak begitu kukenal itu kenyataannya sudah lama meninggal
Infus, obat, segelas air putih, dan sisa bubur di meja tadi siang
adalah saksi bisu atas abu-abu baru yang menggerogoti pikiranku semalam
Ah,seorang kawan telah berujar lewat mesin penyampai pesan
malam itu telah ada yang kubuat cemburu, katanya
entah apa maksudnya,aku berharap untuk lupa
Setelah itu aku baru tahu dimana aku harus berhenti menulis semalam
aku cemburu.
terhadap apa pun yang ingin kulupakan
Bahkan pada kenyataan yang menyatakan Tuhan adalah Maha pencemburu
( 11.29 pm,di salah satu ruang rawat inap.
di temani igau saru pria penderita Demam berdarah disebelah, yang istri, pacar atau mungkin hanya temannya sedari tadi menunggu,
sedang aku hanya ditemani sebuah buku.abu-abu.cemburu)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Catatan Yang Pasti Akan Terlupakan
aku menulis abu-abu pada buku
di salah satu kamar remang rumah sakit
semalam
tak peduli seberapa pengap di ruang rawat inap itu
tak peduli apakah benar kamar mayat itu berada disebelahku
aku tetap menulis
di depanku seorang perempuan telah menangis
entah karena itu suami atau mungkin kerabatnya yang hanya terpisah tirai berwarna biru dariku telah terbujur sekarat atau karena ia ingat bahwa uang belanja bulanannya tak cukup melunasi semua biaya administrasi
aku tak tahu.aku masih berkutat dengan buku
ya,aku menulis..dan sesekali asyik bertepekur dengan yang namanya internet
Berharap lupa bahwa sembilan tahun lalu saat maag akutku kambuh
ada orang-orang yang membesuk hingga rela bermalam, menggelar tikar di depan toilet
Juga mengingat tentang seorang bocah yang dulu kutemui di rumah sakit, yang dengan lemahnya dia mengajakku bermain tanpa ia tahu tumor di kepalanya sudah stadium akhir.
Aku tak ingin mengingatnya
Pun ketika dulu seorang nenek yang mengenakan kebaya lusuh dan jarik batik yang sedikit berbau tengik telah memapahku ke puskesmas terdekat, sebab berjalan pun aku tak kuat.dan lagi-lagi itu karena maag laknatku yang sedang kumat.
aku ingin melupakannya..
Aku hanya ingin menulis
berharap tak ingat bahwa ternyata orang-orang yang tak begitu kukenal itu kenyataannya sudah lama meninggal
Infus, obat, segelas air putih, dan sisa bubur di meja tadi siang
adalah saksi bisu atas abu-abu baru yang menggerogoti pikiranku semalam
Ah,seorang kawan telah berujar lewat mesin penyampai pesan
malam itu telah ada yang kubuat cemburu, katanya
entah apa maksudnya,aku berharap untuk lupa
Setelah itu aku baru tahu dimana aku harus berhenti menulis semalam
aku cemburu.
terhadap apa pun yang ingin kulupakan
Bahkan pada kenyataan yang menyatakan Tuhan adalah Maha pencemburu
( 11.29 pm,di salah satu ruang rawat inap.
di temani igau saru pria penderita Demam berdarah disebelah, yang istri, pacar atau mungkin hanya temannya sedari tadi menunggu,
sedang aku hanya ditemani sebuah buku.abu-abu.cemburu)
di salah satu kamar remang rumah sakit
semalam
tak peduli seberapa pengap di ruang rawat inap itu
tak peduli apakah benar kamar mayat itu berada disebelahku
aku tetap menulis
di depanku seorang perempuan telah menangis
entah karena itu suami atau mungkin kerabatnya yang hanya terpisah tirai berwarna biru dariku telah terbujur sekarat atau karena ia ingat bahwa uang belanja bulanannya tak cukup melunasi semua biaya administrasi
aku tak tahu.aku masih berkutat dengan buku
ya,aku menulis..dan sesekali asyik bertepekur dengan yang namanya internet
Berharap lupa bahwa sembilan tahun lalu saat maag akutku kambuh
ada orang-orang yang membesuk hingga rela bermalam, menggelar tikar di depan toilet
Juga mengingat tentang seorang bocah yang dulu kutemui di rumah sakit, yang dengan lemahnya dia mengajakku bermain tanpa ia tahu tumor di kepalanya sudah stadium akhir.
Aku tak ingin mengingatnya
Pun ketika dulu seorang nenek yang mengenakan kebaya lusuh dan jarik batik yang sedikit berbau tengik telah memapahku ke puskesmas terdekat, sebab berjalan pun aku tak kuat.dan lagi-lagi itu karena maag laknatku yang sedang kumat.
aku ingin melupakannya..
Aku hanya ingin menulis
berharap tak ingat bahwa ternyata orang-orang yang tak begitu kukenal itu kenyataannya sudah lama meninggal
Infus, obat, segelas air putih, dan sisa bubur di meja tadi siang
adalah saksi bisu atas abu-abu baru yang menggerogoti pikiranku semalam
Ah,seorang kawan telah berujar lewat mesin penyampai pesan
malam itu telah ada yang kubuat cemburu, katanya
entah apa maksudnya,aku berharap untuk lupa
Setelah itu aku baru tahu dimana aku harus berhenti menulis semalam
aku cemburu.
terhadap apa pun yang ingin kulupakan
Bahkan pada kenyataan yang menyatakan Tuhan adalah Maha pencemburu
( 11.29 pm,di salah satu ruang rawat inap.
di temani igau saru pria penderita Demam berdarah disebelah, yang istri, pacar atau mungkin hanya temannya sedari tadi menunggu,
sedang aku hanya ditemani sebuah buku.abu-abu.cemburu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar