Izinkanlah Aku Untuk Percaya

Meski waktu tak banyak mengajariku cara menyimpan harapan
Meski kekalutan justru sering memaksaku menjerang air mata
Meski mimpi tak selalu bisa untuk kuraih semuanya

Meski kesendirian memberiku jarak paling dekat dengan sunyi dan rasa hampa
Meski ketidakberdayaanku menjadi dalih agar keberadaanku menjadi terpinggirkan
Meski akhirnya aku tahu, aku tak cukup kuat berjalan menempuh separuh kehidupan ini

Tapi izinkanlah aku untuk percaya,Tuhan..
Bahwa selalu ada Engkau yang peduli
Dan izinkanlah aku untuk percaya
Bahwa keajaiban itu ada
dan pasti akan terjadi

Kalaulah Boleh,Gitar Ini Kugadaikan..


Jika ada kau di sini mungkin pelan-pelan kamar tak lagi bisa di sebut sunyi, dan melankolia sepi yang hadir dari petikan gitar ini, tak lagi bisa menyayat penghayatanku sendiri.
Aku lebih memilih memainkan alat musik ini.
Memangkunya diantara paha dan dekapan dada, diantara rindu dan rasa ragu.
Aku memetik senar-senar tipis, memegang pick yang katamu bentuk bulatnya persis buah almond yang sangat kau suka, lalu mengenang tentang kebiasaanmu yang tiba-tiba menempelkan punggung ke belakang punggungku, membagi kehangatan.
Dan sambil bersandar ,dengan lugu dan bahasa dinginmu kau akan bilang, “ajari aku main gitar ..”

Seperti senar-senar yang bergetar saat kau petik dulu,
seperti bunyi nada-nada yang berdengung kemana-mana dengan irama yang tak teratur,
dan seperti suara gerak jari-jari tangan kirimu yang kaku dan ragu-ragu ketika menekan senar karena kau tak paham frets yang mungkin bisa mempermudahmu mencari not-not dan bermain dengan melodi,
Seperti itu lah aku.. gemetar, berdengung, kaku.
Betapa perasaan rindu memang terkadang memilukan..
Mungkin kita lupa untuk menghitung sudah berapa lama kita berjarak seperti ini,
Seperti halnya kita lupa, bahwa internet dan handphone lah yang selama ini menjadi dewa di atas kita. Menyampaikan kegundahan, ketakutan, dan kemarahan melalui layanan pesan pendek di handphone. Mengungkap rindu, kesal, bosan, lewat email, status facebook, twitter, atau akun-akun lain.

Betapa kita mampu bertahan karena semua itu hingga saat ini.
Lalu di sini, di suatu hari yang aku ingat betapa tanganmu begitu hangat saat menepuk pundakku, yang tanpa sadar kau menjadi satu-satunya nama yang paling sering aku sebut menjelang aku memainkan senar-senar gitar ini, menjadi hal yang membuatku semakin ingin menemuimu.. mendatangimu,
Lalu menempelkan dingin punggungku dengan punggungmu.
Saling menyandarkan diri,menghangatkan diri,
 lalu aku yang akan terlebih dulu bilang, “ajari aku mengatur rindu….”

 -- Kalaulah boleh, ingin kugadaikan saja gitar ini sekarang Lalu menggantinya dengan waktu berdua denganmu. lebih lama.. Sampai aku tahu bagaimana caranya mengatur rindu --

Dalam Geming

Kau mau bagian tubuhku yang mana yang ingin kau lukai?
Kau perlu pisau atau pecahan beling untuk melukai?
Aku harus duduk ataukah berdiri untuk menunggu dilukai?
Aku harus menghadap utara ataukah selatan biar gampang terlukai?
Katakan saja.

Lukaku sudah terlanjur menganga.
Sedikit tusukan atau goresan takkan lagi ada artinya.
Tusuk bagian yang ingin kau tusuk.
Hujam segala bagian yang masih bisa terhujam
Bila nanti aku telah mati rasa
mati suri atau telah benar-benar mati
 kumohon, sekali saja. terakhir kalinya
basuh sedikit lukaku dengan setetes air mata,
milikmu

Membingkaimu

Melihatmu seperti ini yang kusuka..
Mengambil gambarmu dari belakang, membiarkan ilalang terbang ke ujung gaun
Tapi melihatmu seperti ini, sekaligus hal yang tak kusuka

Membiarkanmu hanya tampak punggung
Seakan hendak pergi untuk kesekian kali
 Ingin kubingkai kau, dalam tiap mimpi setiap hari

Izinkanlah Aku Untuk Percaya

Meski waktu tak banyak mengajariku cara menyimpan harapan
Meski kekalutan justru sering memaksaku menjerang air mata
Meski mimpi tak selalu bisa untuk kuraih semuanya

Meski kesendirian memberiku jarak paling dekat dengan sunyi dan rasa hampa
Meski ketidakberdayaanku menjadi dalih agar keberadaanku menjadi terpinggirkan
Meski akhirnya aku tahu, aku tak cukup kuat berjalan menempuh separuh kehidupan ini

Tapi izinkanlah aku untuk percaya,Tuhan..
Bahwa selalu ada Engkau yang peduli
Dan izinkanlah aku untuk percaya
Bahwa keajaiban itu ada
dan pasti akan terjadi

Kalaulah Boleh,Gitar Ini Kugadaikan..


Jika ada kau di sini mungkin pelan-pelan kamar tak lagi bisa di sebut sunyi, dan melankolia sepi yang hadir dari petikan gitar ini, tak lagi bisa menyayat penghayatanku sendiri.
Aku lebih memilih memainkan alat musik ini.
Memangkunya diantara paha dan dekapan dada, diantara rindu dan rasa ragu.
Aku memetik senar-senar tipis, memegang pick yang katamu bentuk bulatnya persis buah almond yang sangat kau suka, lalu mengenang tentang kebiasaanmu yang tiba-tiba menempelkan punggung ke belakang punggungku, membagi kehangatan.
Dan sambil bersandar ,dengan lugu dan bahasa dinginmu kau akan bilang, “ajari aku main gitar ..”

Seperti senar-senar yang bergetar saat kau petik dulu,
seperti bunyi nada-nada yang berdengung kemana-mana dengan irama yang tak teratur,
dan seperti suara gerak jari-jari tangan kirimu yang kaku dan ragu-ragu ketika menekan senar karena kau tak paham frets yang mungkin bisa mempermudahmu mencari not-not dan bermain dengan melodi,
Seperti itu lah aku.. gemetar, berdengung, kaku.
Betapa perasaan rindu memang terkadang memilukan..
Mungkin kita lupa untuk menghitung sudah berapa lama kita berjarak seperti ini,
Seperti halnya kita lupa, bahwa internet dan handphone lah yang selama ini menjadi dewa di atas kita. Menyampaikan kegundahan, ketakutan, dan kemarahan melalui layanan pesan pendek di handphone. Mengungkap rindu, kesal, bosan, lewat email, status facebook, twitter, atau akun-akun lain.

Betapa kita mampu bertahan karena semua itu hingga saat ini.
Lalu di sini, di suatu hari yang aku ingat betapa tanganmu begitu hangat saat menepuk pundakku, yang tanpa sadar kau menjadi satu-satunya nama yang paling sering aku sebut menjelang aku memainkan senar-senar gitar ini, menjadi hal yang membuatku semakin ingin menemuimu.. mendatangimu,
Lalu menempelkan dingin punggungku dengan punggungmu.
Saling menyandarkan diri,menghangatkan diri,
 lalu aku yang akan terlebih dulu bilang, “ajari aku mengatur rindu….”

 -- Kalaulah boleh, ingin kugadaikan saja gitar ini sekarang Lalu menggantinya dengan waktu berdua denganmu. lebih lama.. Sampai aku tahu bagaimana caranya mengatur rindu --

Dalam Geming

Kau mau bagian tubuhku yang mana yang ingin kau lukai?
Kau perlu pisau atau pecahan beling untuk melukai?
Aku harus duduk ataukah berdiri untuk menunggu dilukai?
Aku harus menghadap utara ataukah selatan biar gampang terlukai?
Katakan saja.

Lukaku sudah terlanjur menganga.
Sedikit tusukan atau goresan takkan lagi ada artinya.
Tusuk bagian yang ingin kau tusuk.
Hujam segala bagian yang masih bisa terhujam
Bila nanti aku telah mati rasa
mati suri atau telah benar-benar mati
 kumohon, sekali saja. terakhir kalinya
basuh sedikit lukaku dengan setetes air mata,
milikmu

Membingkaimu

Melihatmu seperti ini yang kusuka..
Mengambil gambarmu dari belakang, membiarkan ilalang terbang ke ujung gaun
Tapi melihatmu seperti ini, sekaligus hal yang tak kusuka

Membiarkanmu hanya tampak punggung
Seakan hendak pergi untuk kesekian kali
 Ingin kubingkai kau, dalam tiap mimpi setiap hari