Pada Kita, Takdir Cinta Bercanda

Di sini tak ada tembang kemayu Kanda..
Hanya lagu melayu berjumpalitan, mendayu di sela-sela dedaunan tak bertulang
Tak ada dipan berkayu jati atau pun mahoni berpahat rapi di sini,
Hanya sebuah bangku berlapis sengon dengan sandarannya dua sulur batang bambu
Itu pun sudah mulai rapuh berdebu..

Tak ada apa-apa di sini Kanda...Kau hanya akan menemui aku.Gadis penjaga tungku yang biasa kau sebut dengan Dinda nun ayu...
Yang tanpa ritual penobatan telah kau daulat aku sebagai putri tercantik seluruh negeri
Ah, sungguh terlampau legam muslihat cintamu Kanda.Di pematang sawah ku jamah setampuk gabah.Kupikul menuju pulang.
Ku letakkan di bawah atap rumbia berubin daun kering tanpa gairah warna
”Untuk apa Dinda?” tanyamu waktu itu
”Mengabadikan cinta”. kau merenung. Sebab kau kenal aku Kanda, ..
Aku akan berdiam tanpa laku , hingga kau mampu menafsirkan semua
Tanpa harus aku pula yang mencecer maksudnya
Kau diam...
Dan aku, diam-diam menyulut api itu sendiri
: di belakangmu

Sekarang sungguh telah hampa di sini.Tak ada apa-apa..alpa tanpa sisa...Hanya kepul asap pengap berblingsat di udara
Kanda...
Mengabadikan takdir cinta memang tak harus ini jalannya.Tapi, ucap kerabatmu yang sungguh beradab pun lekat adat memaksaku melebur tubuhmu juga aku untuk satu
: jadi abu

”Tak butuh yang namanya cinta..sebab pria yang kau sebut Kanda hanya akan ada pada garis penerus tahta.Dan padanya tercipta harta...
Sedang wanita, telah kami siapkan pada setiap depa tepi gerbang penyambutan kehadirannnya.. Sebelum kau terbakar sesal dan hangus maki nestapa
Pergi! tinggalkan ia.. Dan ingat, cinta bukan alasan untuk takdir menyatukan kalian...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pada Kita, Takdir Cinta Bercanda

Di sini tak ada tembang kemayu Kanda..
Hanya lagu melayu berjumpalitan, mendayu di sela-sela dedaunan tak bertulang
Tak ada dipan berkayu jati atau pun mahoni berpahat rapi di sini,
Hanya sebuah bangku berlapis sengon dengan sandarannya dua sulur batang bambu
Itu pun sudah mulai rapuh berdebu..

Tak ada apa-apa di sini Kanda...Kau hanya akan menemui aku.Gadis penjaga tungku yang biasa kau sebut dengan Dinda nun ayu...
Yang tanpa ritual penobatan telah kau daulat aku sebagai putri tercantik seluruh negeri
Ah, sungguh terlampau legam muslihat cintamu Kanda.Di pematang sawah ku jamah setampuk gabah.Kupikul menuju pulang.
Ku letakkan di bawah atap rumbia berubin daun kering tanpa gairah warna
”Untuk apa Dinda?” tanyamu waktu itu
”Mengabadikan cinta”. kau merenung. Sebab kau kenal aku Kanda, ..
Aku akan berdiam tanpa laku , hingga kau mampu menafsirkan semua
Tanpa harus aku pula yang mencecer maksudnya
Kau diam...
Dan aku, diam-diam menyulut api itu sendiri
: di belakangmu

Sekarang sungguh telah hampa di sini.Tak ada apa-apa..alpa tanpa sisa...Hanya kepul asap pengap berblingsat di udara
Kanda...
Mengabadikan takdir cinta memang tak harus ini jalannya.Tapi, ucap kerabatmu yang sungguh beradab pun lekat adat memaksaku melebur tubuhmu juga aku untuk satu
: jadi abu

”Tak butuh yang namanya cinta..sebab pria yang kau sebut Kanda hanya akan ada pada garis penerus tahta.Dan padanya tercipta harta...
Sedang wanita, telah kami siapkan pada setiap depa tepi gerbang penyambutan kehadirannnya.. Sebelum kau terbakar sesal dan hangus maki nestapa
Pergi! tinggalkan ia.. Dan ingat, cinta bukan alasan untuk takdir menyatukan kalian...”