Kemudian,
sembilan depa dari depan biaro
ku terawang samar wajah Romo
Titis yang meninggalkanku
kental sembilan bulan dalam rahim
Lewat jejer stupa, pula samping rata baris arca
ku katakan padanya
: Ini, kubawakan abu rindu milik ibu
Yang sewindu kusimpan rapi dalam kendi
Buang abu jasad itu di pelataran biaro Bahal,
Atau tuang saja di parit dangkal
Sebab di sana,
Awal mulaku jatuh, tetas di dasar buana
; sebagai piatu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sembilan Depa Dari Depan Biaro Bahal
Kemudian,
sembilan depa dari depan biaro
ku terawang samar wajah Romo
Titis yang meninggalkanku
kental sembilan bulan dalam rahim
Lewat jejer stupa, pula samping rata baris arca
ku katakan padanya
: Ini, kubawakan abu rindu milik ibu
Yang sewindu kusimpan rapi dalam kendi
Buang abu jasad itu di pelataran biaro Bahal,
Atau tuang saja di parit dangkal
Sebab di sana,
Awal mulaku jatuh, tetas di dasar buana
; sebagai piatu
sembilan depa dari depan biaro
ku terawang samar wajah Romo
Titis yang meninggalkanku
kental sembilan bulan dalam rahim
Lewat jejer stupa, pula samping rata baris arca
ku katakan padanya
: Ini, kubawakan abu rindu milik ibu
Yang sewindu kusimpan rapi dalam kendi
Buang abu jasad itu di pelataran biaro Bahal,
Atau tuang saja di parit dangkal
Sebab di sana,
Awal mulaku jatuh, tetas di dasar buana
; sebagai piatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar