; Rampai silsilah yang belum rampung kau sadur itu
Sedang canang, bertumpang arang kemenyan
Tempayan lempung di dapur
tengah kuendapkan di selokan--dawuh terakhir darimu
Juga keramatnya hari adalah palsu bagimu
Menyekutu
Hingga tak perlu adat sesaji
Pun sesembahan berpatung batu
Pahing bertemu kliwon,
Khalayak bilang adalah bala dalam hukum primbon
Tapi kau tetap kau--putu dari darah patih dan kanjeng Putri
Dan kau biarkan neptu putramu bersatu dengan marga menantu
hingga waktunya,pada mayapada terlahirlah aku
Sejenak kugelar segenap trap nama leluhur
Lalu
Di pojok gardu,antara bakung di dukuh lereng Merbabu
Karenamu,kucabut palang silsilah dari atap pintu
Kemudian
akan kutelusupkan dibantal anak cucuku
( Kung,adalah risalah terakhirmu
ketika jaman pudarkan sejarah dan Kung bertuah
: Kun Fa Yakun )
catatan khusus : Ini untukmu--orang yang mengajariku agar tidak melupakan silsilah&sejarah. Eyang kakung, R.Sastrodiwirdjo (alm).
*(Kun Fa Yakun--Jika harus pudar, maka pudarlah.
Tapi semoga saja silsilah itu takkan pudar,hingga anak cucuku nanti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar