Kan sudah kubilang
; pada Bli, juga Lus Sri di Besakih
Tak ingin ku kembali pada tumpuk bata di sudut pura
Atau bertengger di depan altar pun pojokan gereja tua
Sebab aku
Tak lagi menyisih rindu
Dan sudah kutegaskan
Pada Bli juga Luh Sri yang terkasih
Di kanal tanpa jeram
Akan kualirkan sesaji berupa puisi
Dan berawal ombak di laut
Telah kubiarkan sajak-sajak mautku hanyut
Ini tradisi
Mengabadikan puisi menjadi elegi
: mati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Puisi (Terakhir) Di Besakih
Kan sudah kubilang
; pada Bli, juga Lus Sri di Besakih
Tak ingin ku kembali pada tumpuk bata di sudut pura
Atau bertengger di depan altar pun pojokan gereja tua
Sebab aku
Tak lagi menyisih rindu
Dan sudah kutegaskan
Pada Bli juga Luh Sri yang terkasih
Di kanal tanpa jeram
Akan kualirkan sesaji berupa puisi
Dan berawal ombak di laut
Telah kubiarkan sajak-sajak mautku hanyut
Ini tradisi
Mengabadikan puisi menjadi elegi
: mati
; pada Bli, juga Lus Sri di Besakih
Tak ingin ku kembali pada tumpuk bata di sudut pura
Atau bertengger di depan altar pun pojokan gereja tua
Sebab aku
Tak lagi menyisih rindu
Dan sudah kutegaskan
Pada Bli juga Luh Sri yang terkasih
Di kanal tanpa jeram
Akan kualirkan sesaji berupa puisi
Dan berawal ombak di laut
Telah kubiarkan sajak-sajak mautku hanyut
Ini tradisi
Mengabadikan puisi menjadi elegi
: mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar