Coretan Di Masa Lalu

Bahkan semalam aku melihatmu lagi.
Menyelip kalung berliontin salib dibagian kerah kemeja, dengan tangan kanan menyandang alkitab bersampul cokelat tua. Aku masih ingin tertawa, kenapa bisa aku jatuh cinta pada pria penganut tuhan yesus, umat kudus sang kristus.bagaimana caranya aku kemudian berpikir tentang pacaran lain agama, bahkan menelaah seperti apa jika akhirnya kita memilih hidup bersama dengan tetap beda agama.
Pernikahan yang sakral, entah bagi kita akan digelar di masjid yang agung ataukah megahnya katedral?
Aku masih melihatmu, berada diantara para pastur dalam suasana paskah ataupun misa.
Juga di suatu malam ekaristi, di sebuah pekan tak terlupakan saat semua orang berteriak saling mengucapkan ”selama hari natal, sayang”.atau di sebuah hari suci, saat tepat ada orang melakukan pembaptisan, aku juga melihatmu.Dan kau tetap tersenyum, tanpa perubahan sedikitpun.
Sungguh, aku ingin tertawa, sejak semalam tiba-tiba kau datang...
Sangat heran, kenapa tak di ayal secara spontan aku bilang, ”jika kau benar cinta, maka nikahilah aku segera..”.Dan baru kali itu aku melihatmu tanpa tawa lagi.. Ah,tapi untunglah kedatanganmu cuma mimpi.
Sebab akupun tahu, pernikahan adalah ambang yang masih sangat samar untuk kita pertimbangkan..
Bukan sebatas memilih ’ya’ atau ’tidak’ untuk menikah,
Tapi pertanyaan selanjutnya, di ’masjid’ atau ’katedral’kah akan berlangsung pernikahan kita, itu yang susah...




**tulisan2ku dahulu...
coretan ttg sebuah kisah,yang hampir terbuang ke tempat sampah.

~ otakku mmg belum cukup kuat berpikir keras rupanya stlh sakit..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coretan Di Masa Lalu

Bahkan semalam aku melihatmu lagi.
Menyelip kalung berliontin salib dibagian kerah kemeja, dengan tangan kanan menyandang alkitab bersampul cokelat tua. Aku masih ingin tertawa, kenapa bisa aku jatuh cinta pada pria penganut tuhan yesus, umat kudus sang kristus.bagaimana caranya aku kemudian berpikir tentang pacaran lain agama, bahkan menelaah seperti apa jika akhirnya kita memilih hidup bersama dengan tetap beda agama.
Pernikahan yang sakral, entah bagi kita akan digelar di masjid yang agung ataukah megahnya katedral?
Aku masih melihatmu, berada diantara para pastur dalam suasana paskah ataupun misa.
Juga di suatu malam ekaristi, di sebuah pekan tak terlupakan saat semua orang berteriak saling mengucapkan ”selama hari natal, sayang”.atau di sebuah hari suci, saat tepat ada orang melakukan pembaptisan, aku juga melihatmu.Dan kau tetap tersenyum, tanpa perubahan sedikitpun.
Sungguh, aku ingin tertawa, sejak semalam tiba-tiba kau datang...
Sangat heran, kenapa tak di ayal secara spontan aku bilang, ”jika kau benar cinta, maka nikahilah aku segera..”.Dan baru kali itu aku melihatmu tanpa tawa lagi.. Ah,tapi untunglah kedatanganmu cuma mimpi.
Sebab akupun tahu, pernikahan adalah ambang yang masih sangat samar untuk kita pertimbangkan..
Bukan sebatas memilih ’ya’ atau ’tidak’ untuk menikah,
Tapi pertanyaan selanjutnya, di ’masjid’ atau ’katedral’kah akan berlangsung pernikahan kita, itu yang susah...




**tulisan2ku dahulu...
coretan ttg sebuah kisah,yang hampir terbuang ke tempat sampah.

~ otakku mmg belum cukup kuat berpikir keras rupanya stlh sakit..