Referendum Senja: Badai Yang Belum Usai

Tik-tok di dinding beradu dengan tik-tik-tik di genting..
Badai yang terjadi kali ini mengusir kantuk
Menggusur tempatku duduk

Badai yang tak ramai
badai berderai
Badai kali ini entah kapan usai

Sepahat Riwayat

Di suatu petang dalam udara dan pekat yang memikat lalu kemudian mengikat, seseorang menyebutku bocah tak berwajah..

Entahlah.. aku masih lugu untuk mengerti.Atau mungkin aku terlalu dungu hingga prakata dari setiap pita suara yang tertangkap indera ku tafsir sebagai kata tak bermakna.

Tak ada yang tahu siapa aku,

Dimana,kapan, dan bersama siapa aku dilahirkan di sebuah ruang yang mereka sebut sebagai ‘dunia’.

Tapi pernah,seorang pelaut mungkin juga ia seorang nahkoda sejenak berkata, "Kau lahir dari sebuah peradaban lama, yang diantaramu berhiaskan penuh bunga padma,mekarnya kelopak dahlia,tangkai gemulai teratai,juga mawar yang beradu padu di pinggiran kolam air tawar.."

Lalu pada ratap gelap yang terhisap senyap, seorang pendeta renta yang tak kukenal namanya mulai bercerita : "Dalam darahmu ada garis titis putri yang belum kubaptis.."

Duh Biyung…

siapa aku sebenarnya…

Di tanah Hindi aku disebut Dewi,entah dewi yang mana lagi.Durga atau Gangga aku tak mampu menduga.Di pulau Jawa aku dipanggilnya mega…

Lalu di pasar, padang tak bertuan,dan oleh jalanan yang tak acap kali kujelajahi, orang memanggilku dengan sebutan Krisan…

Duh ya Tuhan….

Bersemedi,meditasi,dengan jimat seribu baca ayat kursi aku tumbuh meneladan.

“Dadhi wong gennah yo nduk yo…Ben urip mulyo lan masuk surgo…”

Ya,aku tahu sekarang.

Bermula dari ibu, berurat kasih ibu, aku tahu siapa aku, dimana aku….

Mereka bilang aku Bethari, Dewi, ataupun Putri, tapi yang pasti siapapun aku , yang kutahu aku adalah seseorang yang sampai kini”

selalu merindu menyusun puri di tanah Dewata,Bali….

Referendum Senja

Badai Yang Belum Usai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Badai Yang Belum Usai