Lenguh Isak Kaum Terpinggir

Kaum Terpinggir

Ini malam tidak ada warung berjualan
Tak ada ojek yang mangkal
Apalagi tukang ronda yang biasa ngopi di gardu
Yang tak juga memiliki penerangan

Purnama kali ini sungguh sepi
Tak ada petani yang jalan di pematang
Memegang senternya, mengawasi air irigasi
Tak ada lantunan tembang lawas
Sembari bocah bermain di beranda atau lari halaman rumah

Semua sembunyi
Sambil dalam selimut ada yang melenguh
Mengeluh,
”Kenapa perumahan elite Menteng diprioritaskan
Sedang rumah-rumah pinggiran diabaikan..”

Lewat balik tembok bata sebuah gapura
Ada yang menggumam
”kenapa gula, kopi, karet, coklat, beras dan semua komoditas yang dihasilkan rakyat
Tapi tak penah menguntungkan rakyat..”

Jalan-jalan depan istana negara lengang
Tugu pancoran, monas, pula beberapa diskotik ibukota
Bisu
Usai pemilu

Hanya satu yang berlari di jalanan
Seorang veteran renta yang memegang pelepah pisang
Seolah itu senjata
Sambil kemudian berkata
”Indonesia sudah merdeka!”

Dan yang dibalik selimut, disawah-sawah, digardu siskamling
Di pinggir-pinggir emperan
Mereka kembali melenguh
”Ini kali memang tak ada yang bisa dipercaya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lenguh Isak Kaum Terpinggir

Kaum Terpinggir

Ini malam tidak ada warung berjualan
Tak ada ojek yang mangkal
Apalagi tukang ronda yang biasa ngopi di gardu
Yang tak juga memiliki penerangan

Purnama kali ini sungguh sepi
Tak ada petani yang jalan di pematang
Memegang senternya, mengawasi air irigasi
Tak ada lantunan tembang lawas
Sembari bocah bermain di beranda atau lari halaman rumah

Semua sembunyi
Sambil dalam selimut ada yang melenguh
Mengeluh,
”Kenapa perumahan elite Menteng diprioritaskan
Sedang rumah-rumah pinggiran diabaikan..”

Lewat balik tembok bata sebuah gapura
Ada yang menggumam
”kenapa gula, kopi, karet, coklat, beras dan semua komoditas yang dihasilkan rakyat
Tapi tak penah menguntungkan rakyat..”

Jalan-jalan depan istana negara lengang
Tugu pancoran, monas, pula beberapa diskotik ibukota
Bisu
Usai pemilu

Hanya satu yang berlari di jalanan
Seorang veteran renta yang memegang pelepah pisang
Seolah itu senjata
Sambil kemudian berkata
”Indonesia sudah merdeka!”

Dan yang dibalik selimut, disawah-sawah, digardu siskamling
Di pinggir-pinggir emperan
Mereka kembali melenguh
”Ini kali memang tak ada yang bisa dipercaya.”