Kemudian pada ribuan tahun yang silam
sebelum Kristus lahir, sebelum ada tarikh Saka
Mungkin benar
Tuhan sudah diam-diam mengganjar sesuatu
di langkahku pula di garis tanganmu
: Karma -- Jalan yang tak memberkati kita untuk bersama
Lalu mewariskannya menjadi titik-titik airmata
bahkan hingga kehidupan saat ini
maka diam-diam sudah kuganjal tangisku dalam hati
sembari melihatmu
Yang juga diam dalam dilema sebab karma yang purba
Padamu -- pria yang berdiri depan bunda Maria
Yang hanya mampu membawaku dalam tiap doanya
aku masih ingin percaya
pada sisi baik karma
pengorbanan rasa
pun pada ketidakberadaanmu yang benar tiada
Cinta Dalam Masehi
Sudah pula kusiapkan
beragam corak bentuk nisan
Biar hingga abad kesekian setelah Masehi
cinta antaramu denganku tetap abadi
dalam mati
Sungguh,kita pun akan bersatu
hidup di satu liang pembaringan
: kubur batu
catatan khusus : Teruntuk kematian yang masih belum genap untuk diperingati..
Sebelum ada tarikh saka, sebelum masehi bermula, bahkan KALAUPUN penutupan masehi ada, cinta antaraku thdpmu ttp baka..tak mewujud apa2, tak akan nyata.dan menjadi abadi itu hny mimpi.
maka,mimpi=cinta. dan itu berarti cinta tak pernah akan menjadi abadi.mungkin hny satu, cinta Illahi.ah.., sungguh,stlh kuhitung2,mmg kau hny akan jd cinta kesekianku..
untukmu.--pria yg rutin bertamu di hari minggu.
beragam corak bentuk nisan
Biar hingga abad kesekian setelah Masehi
cinta antaramu denganku tetap abadi
dalam mati
Sungguh,kita pun akan bersatu
hidup di satu liang pembaringan
: kubur batu
catatan khusus : Teruntuk kematian yang masih belum genap untuk diperingati..
Sebelum ada tarikh saka, sebelum masehi bermula, bahkan KALAUPUN penutupan masehi ada, cinta antaraku thdpmu ttp baka..tak mewujud apa2, tak akan nyata.dan menjadi abadi itu hny mimpi.
maka,mimpi=cinta. dan itu berarti cinta tak pernah akan menjadi abadi.mungkin hny satu, cinta Illahi.ah.., sungguh,stlh kuhitung2,mmg kau hny akan jd cinta kesekianku..
untukmu.--pria yg rutin bertamu di hari minggu.
Berawal Dari Mazmur
'Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis ...'
'Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita'
Mazmur ini
Adalah lembar yang kulempar
Di wajahmu menjelang semusim akhir penghujung tahun
Ayat yang di caturwulan kedua
Tak hendak kurapal, tak niat kulafal
Biar pudar
Sebab aku, kala itu hendak kau tinggal
Dan ini kali
Ku biarkan pemazmur memainkan nadanya
Mencuri hela di tiap celah nafas
Bersemburat tak jelas
Maka disini lah,
Kemudian akan kutulis wahyu tak bermutu
Tentang aku yang tak lagi diutus mengeja rindu
: untukmu
Sebab telah genap satu warsa
Aku putar arah menafsir cinta
Pada sudut gereja berpagar gandaria
Tuntas kutanam sebatang gandarusa
Antaranya, sudah pula kugantungkan sebuah kecapi
: tanda musik suka cita atas cinta kita murni berhenti
Biar saat kau tiba
Kau tahu
Usai kau memutus cinta
Kuhibahkan diri pada Ilahi
Suci, dalam kalung dan jubah biarawati
catatan khusus : Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis..
Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita--baris-baris pertama Mazmur 137
sebenarnya adl pasal yg bercerita ttg pembuangan.Ttg orang-orang yg menggantungkan kecapinya karena tak bisa memainkan musik sukacita yang diinginkan hati mereka..
'Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita'
Mazmur ini
Adalah lembar yang kulempar
Di wajahmu menjelang semusim akhir penghujung tahun
Ayat yang di caturwulan kedua
Tak hendak kurapal, tak niat kulafal
Biar pudar
Sebab aku, kala itu hendak kau tinggal
Dan ini kali
Ku biarkan pemazmur memainkan nadanya
Mencuri hela di tiap celah nafas
Bersemburat tak jelas
Maka disini lah,
Kemudian akan kutulis wahyu tak bermutu
Tentang aku yang tak lagi diutus mengeja rindu
: untukmu
Sebab telah genap satu warsa
Aku putar arah menafsir cinta
Pada sudut gereja berpagar gandaria
Tuntas kutanam sebatang gandarusa
Antaranya, sudah pula kugantungkan sebuah kecapi
: tanda musik suka cita atas cinta kita murni berhenti
Biar saat kau tiba
Kau tahu
Usai kau memutus cinta
Kuhibahkan diri pada Ilahi
Suci, dalam kalung dan jubah biarawati
catatan khusus : Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis..
Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita--baris-baris pertama Mazmur 137
sebenarnya adl pasal yg bercerita ttg pembuangan.Ttg orang-orang yg menggantungkan kecapinya karena tak bisa memainkan musik sukacita yang diinginkan hati mereka..
Baginya, Aku Titipkan Mawar Di Suatu Malam
; Ratri
Jangan bilang padanya
Tanggal-tanggal yang sempat terasingkannya telah mati
Persis ketika aku
tak lagi punya hati
Biarkan ia mancari hari, atau bulan-bulan lain sendiri
Untuk mengganti yang terlewat akibat nafas yang tergadai sesaat
Atau biar saja ia minggat
Mungkin ingin menyusur lagi pesisir Parangtritis
atau berburu buku di tepian toko Malioboro
Meski kutahu, ada buku yang belum rampung dibacanya
Cukup bilang padanya,
Mawar putih yang lirih kuselip doa bertali kasih—bentuk aku tak bisa menjenguk
Tak perlu disandingnya sampai terlalu
Sebab pasti layu
: Buang saja
Biar kali Code menghanyutkannya ke hilir muara sore
Mungkin juga menerbangkan kelopaknya ke sudut gardu
Sebelah lembah gunung Semeru
merubahnya jadi rindu
Sungguhpun, biarkan ia sendiri
Diam dalam rehat yang sangat tak sejenak
Lalu pastikan,
Saat ia --yang layak saudara telah kembali
ia akan tahu dimana dan sedang apa aku
( Ratri,
Kaulah saksinya, aku masih disini.
mengeja doa untuknya )
Jangan bilang padanya
Tanggal-tanggal yang sempat terasingkannya telah mati
Persis ketika aku
tak lagi punya hati
Biarkan ia mancari hari, atau bulan-bulan lain sendiri
Untuk mengganti yang terlewat akibat nafas yang tergadai sesaat
Atau biar saja ia minggat
Mungkin ingin menyusur lagi pesisir Parangtritis
atau berburu buku di tepian toko Malioboro
Meski kutahu, ada buku yang belum rampung dibacanya
Cukup bilang padanya,
Mawar putih yang lirih kuselip doa bertali kasih—bentuk aku tak bisa menjenguk
Tak perlu disandingnya sampai terlalu
Sebab pasti layu
: Buang saja
Biar kali Code menghanyutkannya ke hilir muara sore
Mungkin juga menerbangkan kelopaknya ke sudut gardu
Sebelah lembah gunung Semeru
merubahnya jadi rindu
Sungguhpun, biarkan ia sendiri
Diam dalam rehat yang sangat tak sejenak
Lalu pastikan,
Saat ia --yang layak saudara telah kembali
ia akan tahu dimana dan sedang apa aku
( Ratri,
Kaulah saksinya, aku masih disini.
mengeja doa untuknya )
Langganan:
Postingan (Atom)
Bagi Kita, Karma Itu Ada
Kemudian pada ribuan tahun yang silam
sebelum Kristus lahir, sebelum ada tarikh Saka
Mungkin benar
Tuhan sudah diam-diam mengganjar sesuatu
di langkahku pula di garis tanganmu
: Karma -- Jalan yang tak memberkati kita untuk bersama
Lalu mewariskannya menjadi titik-titik airmata
bahkan hingga kehidupan saat ini
maka diam-diam sudah kuganjal tangisku dalam hati
sembari melihatmu
Yang juga diam dalam dilema sebab karma yang purba
Padamu -- pria yang berdiri depan bunda Maria
Yang hanya mampu membawaku dalam tiap doanya
aku masih ingin percaya
pada sisi baik karma
pengorbanan rasa
pun pada ketidakberadaanmu yang benar tiada
sebelum Kristus lahir, sebelum ada tarikh Saka
Mungkin benar
Tuhan sudah diam-diam mengganjar sesuatu
di langkahku pula di garis tanganmu
: Karma -- Jalan yang tak memberkati kita untuk bersama
Lalu mewariskannya menjadi titik-titik airmata
bahkan hingga kehidupan saat ini
maka diam-diam sudah kuganjal tangisku dalam hati
sembari melihatmu
Yang juga diam dalam dilema sebab karma yang purba
Padamu -- pria yang berdiri depan bunda Maria
Yang hanya mampu membawaku dalam tiap doanya
aku masih ingin percaya
pada sisi baik karma
pengorbanan rasa
pun pada ketidakberadaanmu yang benar tiada
Cinta Dalam Masehi
Sudah pula kusiapkan
beragam corak bentuk nisan
Biar hingga abad kesekian setelah Masehi
cinta antaramu denganku tetap abadi
dalam mati
Sungguh,kita pun akan bersatu
hidup di satu liang pembaringan
: kubur batu
catatan khusus : Teruntuk kematian yang masih belum genap untuk diperingati..
Sebelum ada tarikh saka, sebelum masehi bermula, bahkan KALAUPUN penutupan masehi ada, cinta antaraku thdpmu ttp baka..tak mewujud apa2, tak akan nyata.dan menjadi abadi itu hny mimpi.
maka,mimpi=cinta. dan itu berarti cinta tak pernah akan menjadi abadi.mungkin hny satu, cinta Illahi.ah.., sungguh,stlh kuhitung2,mmg kau hny akan jd cinta kesekianku..
untukmu.--pria yg rutin bertamu di hari minggu.
beragam corak bentuk nisan
Biar hingga abad kesekian setelah Masehi
cinta antaramu denganku tetap abadi
dalam mati
Sungguh,kita pun akan bersatu
hidup di satu liang pembaringan
: kubur batu
catatan khusus : Teruntuk kematian yang masih belum genap untuk diperingati..
Sebelum ada tarikh saka, sebelum masehi bermula, bahkan KALAUPUN penutupan masehi ada, cinta antaraku thdpmu ttp baka..tak mewujud apa2, tak akan nyata.dan menjadi abadi itu hny mimpi.
maka,mimpi=cinta. dan itu berarti cinta tak pernah akan menjadi abadi.mungkin hny satu, cinta Illahi.ah.., sungguh,stlh kuhitung2,mmg kau hny akan jd cinta kesekianku..
untukmu.--pria yg rutin bertamu di hari minggu.
Berawal Dari Mazmur
'Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis ...'
'Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita'
Mazmur ini
Adalah lembar yang kulempar
Di wajahmu menjelang semusim akhir penghujung tahun
Ayat yang di caturwulan kedua
Tak hendak kurapal, tak niat kulafal
Biar pudar
Sebab aku, kala itu hendak kau tinggal
Dan ini kali
Ku biarkan pemazmur memainkan nadanya
Mencuri hela di tiap celah nafas
Bersemburat tak jelas
Maka disini lah,
Kemudian akan kutulis wahyu tak bermutu
Tentang aku yang tak lagi diutus mengeja rindu
: untukmu
Sebab telah genap satu warsa
Aku putar arah menafsir cinta
Pada sudut gereja berpagar gandaria
Tuntas kutanam sebatang gandarusa
Antaranya, sudah pula kugantungkan sebuah kecapi
: tanda musik suka cita atas cinta kita murni berhenti
Biar saat kau tiba
Kau tahu
Usai kau memutus cinta
Kuhibahkan diri pada Ilahi
Suci, dalam kalung dan jubah biarawati
catatan khusus : Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis..
Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita--baris-baris pertama Mazmur 137
sebenarnya adl pasal yg bercerita ttg pembuangan.Ttg orang-orang yg menggantungkan kecapinya karena tak bisa memainkan musik sukacita yang diinginkan hati mereka..
'Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita'
Mazmur ini
Adalah lembar yang kulempar
Di wajahmu menjelang semusim akhir penghujung tahun
Ayat yang di caturwulan kedua
Tak hendak kurapal, tak niat kulafal
Biar pudar
Sebab aku, kala itu hendak kau tinggal
Dan ini kali
Ku biarkan pemazmur memainkan nadanya
Mencuri hela di tiap celah nafas
Bersemburat tak jelas
Maka disini lah,
Kemudian akan kutulis wahyu tak bermutu
Tentang aku yang tak lagi diutus mengeja rindu
: untukmu
Sebab telah genap satu warsa
Aku putar arah menafsir cinta
Pada sudut gereja berpagar gandaria
Tuntas kutanam sebatang gandarusa
Antaranya, sudah pula kugantungkan sebuah kecapi
: tanda musik suka cita atas cinta kita murni berhenti
Biar saat kau tiba
Kau tahu
Usai kau memutus cinta
Kuhibahkan diri pada Ilahi
Suci, dalam kalung dan jubah biarawati
catatan khusus : Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis..
Pada pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan kecapi kita--baris-baris pertama Mazmur 137
sebenarnya adl pasal yg bercerita ttg pembuangan.Ttg orang-orang yg menggantungkan kecapinya karena tak bisa memainkan musik sukacita yang diinginkan hati mereka..
Baginya, Aku Titipkan Mawar Di Suatu Malam
; Ratri
Jangan bilang padanya
Tanggal-tanggal yang sempat terasingkannya telah mati
Persis ketika aku
tak lagi punya hati
Biarkan ia mancari hari, atau bulan-bulan lain sendiri
Untuk mengganti yang terlewat akibat nafas yang tergadai sesaat
Atau biar saja ia minggat
Mungkin ingin menyusur lagi pesisir Parangtritis
atau berburu buku di tepian toko Malioboro
Meski kutahu, ada buku yang belum rampung dibacanya
Cukup bilang padanya,
Mawar putih yang lirih kuselip doa bertali kasih—bentuk aku tak bisa menjenguk
Tak perlu disandingnya sampai terlalu
Sebab pasti layu
: Buang saja
Biar kali Code menghanyutkannya ke hilir muara sore
Mungkin juga menerbangkan kelopaknya ke sudut gardu
Sebelah lembah gunung Semeru
merubahnya jadi rindu
Sungguhpun, biarkan ia sendiri
Diam dalam rehat yang sangat tak sejenak
Lalu pastikan,
Saat ia --yang layak saudara telah kembali
ia akan tahu dimana dan sedang apa aku
( Ratri,
Kaulah saksinya, aku masih disini.
mengeja doa untuknya )
Jangan bilang padanya
Tanggal-tanggal yang sempat terasingkannya telah mati
Persis ketika aku
tak lagi punya hati
Biarkan ia mancari hari, atau bulan-bulan lain sendiri
Untuk mengganti yang terlewat akibat nafas yang tergadai sesaat
Atau biar saja ia minggat
Mungkin ingin menyusur lagi pesisir Parangtritis
atau berburu buku di tepian toko Malioboro
Meski kutahu, ada buku yang belum rampung dibacanya
Cukup bilang padanya,
Mawar putih yang lirih kuselip doa bertali kasih—bentuk aku tak bisa menjenguk
Tak perlu disandingnya sampai terlalu
Sebab pasti layu
: Buang saja
Biar kali Code menghanyutkannya ke hilir muara sore
Mungkin juga menerbangkan kelopaknya ke sudut gardu
Sebelah lembah gunung Semeru
merubahnya jadi rindu
Sungguhpun, biarkan ia sendiri
Diam dalam rehat yang sangat tak sejenak
Lalu pastikan,
Saat ia --yang layak saudara telah kembali
ia akan tahu dimana dan sedang apa aku
( Ratri,
Kaulah saksinya, aku masih disini.
mengeja doa untuknya )
Langganan:
Postingan (Atom)