Anak Kami Bernama Tralala trilili
Barangkali kami tak punya cita-cita yang besar ketika memulai berkumpul dan berproses,lalu berniat untuk melahirkan anak bersama kami ini.
Tapi begitulah, kami memang tak punya banyak impian kala itu,
selain bermimpi anak kami ini lahir dan bisa bermain bersama orang-orang yang kelak (mau) menjadi teman,sekadar kenalan atau bahkan kelaknya bermusuhan.
Kami menjaga setiap proses kelahirannya, memberinya gizi yang (barangkali cukup) seimbang, sembari berdoa, kelak anak kami ini menjadi jejak sejarah keberadaan kami. Menjadi cerita bahwa kami pernah ada dan pernah sedikit bermimpi.
“Kenapa Tralala Trilili?”
“Pertanyaan Anda aneh sekali, tolong jangan tanyakan itu.”
“Kenapa? Saya mau tahu!”
Waduh, baiklah, akan kami coba jawab seadanya. Tralala Trilili barangkali representasi dari imajinasi nakal kami. Imajinasi yang kadang tak terbendung, kadang garing, aneh, gila bahkan konyol dan tak masuk akal.
Tapi percayalah jika imajinasi itu kadang kami rindukan sendirian di pojok kamar kami. Kami jadikan bahan hiburan saat sedih dan patah hati. Kami merangkai tulisan-tulisan ini di kamar-kamar kami, ditemani kopi dan insomnia barangkali.
Sesekali di kampus, seringnya di warung tempat kami makan, di kantin, di halaman, saat putus cinta, saat dapat beasiswa, atau saat bersebrangan pilihan dengan pacar, suami atau istri salah satu di antara kami.
Dari situ kami yakin Tralala-Trilili ini lahir.Dia bukan anak yang dahsyat, yang jika dibaca akan membuat mata berkaca-kaca, atau membuat kemarahan Anda meledak-ledak.
Ia hanyalah kumpulan keceriaan sekaligus kegelisahan.
Sebuah perpaduan sifat yang sungguh sangat bertolak belakang.
Jadi harap maklum jika seusai (atau bahkan sebelum) membacanya, Anda sudah tidak suka dan ingin menyobek atau membuangnya.
Tapi begitulah, dengan segala kerendahan hati kami, tapi juga dengan penuh kebanggaan, melahirkannya, memberinya nama dan berjanji akan menjaganya. Kelak akan kami asuh di tengah-tengah Anda semua.
Kami tak ingin berharap banyak, karena keterbatasan dan ketololan kami. Kami hanya ingin kelak anak kami, Anda dan juga kami mengingat dua kalimat yang pernah ditulis oleh Chairil Anwar: Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.
Kami hanya ingin tersenyum menyambutnya. Memperkenalkannya pada banyak orang. Dan tanpa malu mengaku bahwa kamilah bapak dan ibunya.
Salam sehat selalu untuk Anda.
KTN (Komunitas Tanpa Nama):
-- Krisandi Dewi
Mega Aisyah Nirmala
Rizal Fernandez
Dhaniel Gautama
Dimas Prastisto
Irwan Bajang
Arie Oktara
Arfin Rose
Amier Chan
Djali Gafur
Anita Sari --
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku Pertama. Ketika Ditiap Lembarnya Memuat Kisah Kita
Anak Kami Bernama Tralala trilili
Barangkali kami tak punya cita-cita yang besar ketika memulai berkumpul dan berproses,lalu berniat untuk melahirkan anak bersama kami ini.
Tapi begitulah, kami memang tak punya banyak impian kala itu,
selain bermimpi anak kami ini lahir dan bisa bermain bersama orang-orang yang kelak (mau) menjadi teman,sekadar kenalan atau bahkan kelaknya bermusuhan.
Kami menjaga setiap proses kelahirannya, memberinya gizi yang (barangkali cukup) seimbang, sembari berdoa, kelak anak kami ini menjadi jejak sejarah keberadaan kami. Menjadi cerita bahwa kami pernah ada dan pernah sedikit bermimpi.
“Kenapa Tralala Trilili?”
“Pertanyaan Anda aneh sekali, tolong jangan tanyakan itu.”
“Kenapa? Saya mau tahu!”
Waduh, baiklah, akan kami coba jawab seadanya. Tralala Trilili barangkali representasi dari imajinasi nakal kami. Imajinasi yang kadang tak terbendung, kadang garing, aneh, gila bahkan konyol dan tak masuk akal.
Tapi percayalah jika imajinasi itu kadang kami rindukan sendirian di pojok kamar kami. Kami jadikan bahan hiburan saat sedih dan patah hati. Kami merangkai tulisan-tulisan ini di kamar-kamar kami, ditemani kopi dan insomnia barangkali.
Sesekali di kampus, seringnya di warung tempat kami makan, di kantin, di halaman, saat putus cinta, saat dapat beasiswa, atau saat bersebrangan pilihan dengan pacar, suami atau istri salah satu di antara kami.
Dari situ kami yakin Tralala-Trilili ini lahir.Dia bukan anak yang dahsyat, yang jika dibaca akan membuat mata berkaca-kaca, atau membuat kemarahan Anda meledak-ledak.
Ia hanyalah kumpulan keceriaan sekaligus kegelisahan.
Sebuah perpaduan sifat yang sungguh sangat bertolak belakang.
Jadi harap maklum jika seusai (atau bahkan sebelum) membacanya, Anda sudah tidak suka dan ingin menyobek atau membuangnya.
Tapi begitulah, dengan segala kerendahan hati kami, tapi juga dengan penuh kebanggaan, melahirkannya, memberinya nama dan berjanji akan menjaganya. Kelak akan kami asuh di tengah-tengah Anda semua.
Kami tak ingin berharap banyak, karena keterbatasan dan ketololan kami. Kami hanya ingin kelak anak kami, Anda dan juga kami mengingat dua kalimat yang pernah ditulis oleh Chairil Anwar: Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.
Kami hanya ingin tersenyum menyambutnya. Memperkenalkannya pada banyak orang. Dan tanpa malu mengaku bahwa kamilah bapak dan ibunya.
Salam sehat selalu untuk Anda.
KTN (Komunitas Tanpa Nama):
-- Krisandi Dewi
Mega Aisyah Nirmala
Rizal Fernandez
Dhaniel Gautama
Dimas Prastisto
Irwan Bajang
Arie Oktara
Arfin Rose
Amier Chan
Djali Gafur
Anita Sari --
Barangkali kami tak punya cita-cita yang besar ketika memulai berkumpul dan berproses,lalu berniat untuk melahirkan anak bersama kami ini.
Tapi begitulah, kami memang tak punya banyak impian kala itu,
selain bermimpi anak kami ini lahir dan bisa bermain bersama orang-orang yang kelak (mau) menjadi teman,sekadar kenalan atau bahkan kelaknya bermusuhan.
Kami menjaga setiap proses kelahirannya, memberinya gizi yang (barangkali cukup) seimbang, sembari berdoa, kelak anak kami ini menjadi jejak sejarah keberadaan kami. Menjadi cerita bahwa kami pernah ada dan pernah sedikit bermimpi.
“Kenapa Tralala Trilili?”
“Pertanyaan Anda aneh sekali, tolong jangan tanyakan itu.”
“Kenapa? Saya mau tahu!”
Waduh, baiklah, akan kami coba jawab seadanya. Tralala Trilili barangkali representasi dari imajinasi nakal kami. Imajinasi yang kadang tak terbendung, kadang garing, aneh, gila bahkan konyol dan tak masuk akal.
Tapi percayalah jika imajinasi itu kadang kami rindukan sendirian di pojok kamar kami. Kami jadikan bahan hiburan saat sedih dan patah hati. Kami merangkai tulisan-tulisan ini di kamar-kamar kami, ditemani kopi dan insomnia barangkali.
Sesekali di kampus, seringnya di warung tempat kami makan, di kantin, di halaman, saat putus cinta, saat dapat beasiswa, atau saat bersebrangan pilihan dengan pacar, suami atau istri salah satu di antara kami.
Dari situ kami yakin Tralala-Trilili ini lahir.Dia bukan anak yang dahsyat, yang jika dibaca akan membuat mata berkaca-kaca, atau membuat kemarahan Anda meledak-ledak.
Ia hanyalah kumpulan keceriaan sekaligus kegelisahan.
Sebuah perpaduan sifat yang sungguh sangat bertolak belakang.
Jadi harap maklum jika seusai (atau bahkan sebelum) membacanya, Anda sudah tidak suka dan ingin menyobek atau membuangnya.
Tapi begitulah, dengan segala kerendahan hati kami, tapi juga dengan penuh kebanggaan, melahirkannya, memberinya nama dan berjanji akan menjaganya. Kelak akan kami asuh di tengah-tengah Anda semua.
Kami tak ingin berharap banyak, karena keterbatasan dan ketololan kami. Kami hanya ingin kelak anak kami, Anda dan juga kami mengingat dua kalimat yang pernah ditulis oleh Chairil Anwar: Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.
Kami hanya ingin tersenyum menyambutnya. Memperkenalkannya pada banyak orang. Dan tanpa malu mengaku bahwa kamilah bapak dan ibunya.
Salam sehat selalu untuk Anda.
KTN (Komunitas Tanpa Nama):
-- Krisandi Dewi
Mega Aisyah Nirmala
Rizal Fernandez
Dhaniel Gautama
Dimas Prastisto
Irwan Bajang
Arie Oktara
Arfin Rose
Amier Chan
Djali Gafur
Anita Sari --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar